Sempre Caro Marcello Fois Pdf Printer
Touchpad Driver For Acer Aspire E 15 Touch. Operas -- Piano scores. Gilbert and Frederic Clay (PDF and Word files at Gilbert and Sullivan. By Carlo Pedrotti, Carlo Goldoni, and M.
Hp Color Laserjet 2605 Driver Windows 7 Free Download. Totemisme, apa itu? Written by Mudjia Rahardjo Sunday, 21 February 2010 02:54 Pernahkah anda mendengar atau mungkin mengetahui bahwa nama-nama hewan seperti gudel (anak kerbau), pedet (anak sapi), kancil, beluk (anak kuda) dan sebagainya dijadikan nama diri atau nama panggilan seseorang? Bagi orang yang hidup di masyarakat modern, pemberian nama hewan sebagai nama diri tentu sangat aneh sepertinya kok tidak ada lagi nama lain yang lebih baik.
Hp Officejet 700 Series All In One Driver Download Last Version. Padahal, nama itu sangat penting karena menyangkut identitas, jati diri dan bahkan harga diri seseorang. Islam bahkan mengajarkan agar kita memberi nama yang baik kepada anak keturunan kita. Harapannya adalah agar kelak si anak akan menjadi orang baik, sebaik nama yang disandang. Kendati pujangga kenamaan Inggris William Shakespeare mengatakan “What is in a name? (Apalah arti sebuah nama?), menurut saya persoalan nama bukan masalah sepele. Buktinya, orang bisa marah ketika namanya dilecehkan, dicemarkan atau dibuat permainan.
Tidak percaya? Silakan mencoba. Saya yakin anda akan berurusan dengan aparat penegak hukum jika orang yang kita lecehkan namanya tidak terima. Aplikasi Wifi Untuk Hp Sony Ericsson W200i Function. Lihat saja itu Dr. Chusnul Mariyah, anggota KPU, saat ini sedang berurusan dengan aparat penegak hukum karena dianggap melecehkan nama baik seseorang.
Kadang-kadang tidak saja nama hewan yang dipakai sebagai nama diri, tetapi juga nama-nama wayang, tanaman (tumbuhan), dan benda tertentu. Saya mempunyai tetangga yang anaknya dipanggil Pedhet. Anehnya, anak tersebut juag menerima saja dengan panggilan tersebut. Bahkan ada juga kerabat saya yang bernama Bagong.
Ketika saya masih kecil, saya takut untuk memanggil namanya Pak Bagong. Saya mengira itu bukan nama sebenarnya atau mungkin penggilan akrab bagi orang sebaya.
Ternyata saya salah. “Bagong” adalah nama dia sejak lahir. Padahal, orangnya tinggi besar, sama sekali tidak sama dengan Bagong yang ada dalam pewayangan, gendhut dan cebol. Saya tidak tahu mengapa orangtuanya memberi nama dia Bagong.
Mungkin saja ketika hamil, ibunya sangat suka wayang, khususnya Bagong atau nyidam wayang Bagong. Nama Bagong ternyata juga dapat kita temukan di tempat lain. Anda yang sering bepergian Malang-Blitar pasti pernah tahu ada bus yang diberi nama “Bagong”. Menurut cerita teman saya, nama pemilik bus itu memang Pak Bagong. Kalau begitu, dia pasti orang kaya.
Kalau tidak kaya, tidak mungkin dia memiliki beberapa bus. Realitasnya Pak Bagong ini sama sekali tidak sama dengan gambaran wayang Bagong, sebagai salah satu anggota punokawan, yang merepresentasikan rakyat jelata yang miskin bersama Semar, Petruk, Gareng, dan Limbuk. Selain Bagong, nama Gareng juga sering kita jumpai di masyarakat. Bahkan di Ponorogo ada penjual nasi tahu lonthong tradisional di tengah kota, langganan saya, bernama mbah Gareng. Nasinya lumayan enak dan bisa membuat kita tuman. Alasan saya semula membeli nasi tahu lonthong di tempat itu karena saya penasaran dengan nama penjualnya. Seperti apa sih mbah Gareng itu?